Diterjemahkan oleh Atiek Kusmiadi dari Little Snow White, Grimm's Fairy Tales oleh LL Weedon
Suatu hari di jaman dahulu kala, seorang ratu yang cantik sedang duduk di dekat jendela kamarnya sambil merajut. Saat itu sedang musim dingin. Salju berjatuhan dan membuat suasana menjadi amat dingin.
Sesekali Ratu melihat ke luar jendela. Suatu ketika, saat sedang melempar pandangan ke luar, jarum rajut melukai tangannya. Tiga tetes darah menetes di atas salju. Hmm...warna merah darah itu terlihat sangat kontras dan indah di atas putihnya salju.
Melihat itu, Ratu bergumam, "Ah, seandainya aku memiliki seorang anak yang putih seperti salju."
Tidak terlalu lama setelah peristiwa itu, Ratu dikaruniai seorang anak perempuan yang sangat cantik. Anak ini diberi nama "Puteri Salju".
Namun malangnya, sebelum Puteri Salju beranjak remaja Ratu sudah terlebih dahulu dipanggil menghadap Yang Kuasa. Sepeninggal sang Ratu, Raja lalu menikah lagi dengan seorang wanita yang cantik namun sombong dan iri dengki. Wanita ini memiliki sebuah cermin yang dapat menjawab setiap pertanyaan.
"Wahai cermin di dinding, siapakah orang yang paling cantik di dunia?"
"Tentu saja Yang Mulia adalah orang yang paling cantik," jawab cermin.
Namun seiring berjalannya waktu, Puteri Salju terus tumbuh menjadi seorang gadis kecil yang sangat cantik. Ketika usianya mencapai tujuh tahun, kecantikan luar biasa sudah terpancar pada diri sang puteri.
"Wahai, cermin di dinding. Siapakah orang paling cantik di dunia?" tanya Ratu, ibu tiri Puteri Salju.
"Oh, ratuku. Yang Mulia memang cantik, namun di masa mendatang Puteri Salju akan jauh lebih cantik," jawab cermin yang selalu berkata jujur.
Ratu merasa sangat khawatir. Sejak saat itu rasa iri dan benci mulai tumbuh subur di hatinya. Suatu hari Ratu memanggil seorang pemburu dan menyuruhnya membawa Puteri Salju ke dalam hutan dan membunuhnya.
"Saat kamu kembali, bawa serta jantungnya sebagai bukti kau telah menjalankan perintahku!" titah sang Ratu.
Pemburu lalu membawa Puteri Salju ke hutan. Tapi ia tidak tega membunuh Puteri Salju. Pemburu menyuruh sang Puteri untuk lari. Sebagai ganti jantung Puteri Salju, pemburu lalu membunuh seekor babi hutan dan membawanya ke istana.
Puteri Salju yang malang sekarang sendirian di tengah hutan. Ia begitu ketakutan. Ia lalu berlari dan terus berlari sampai akhirnya ia melihat sebuah rumah mungil.
Puteri Salju memasuki rumah itu. Anehnya, benda-benda yang ia lihat di dalam rumah tersebut semuanya berukuran kecil. Di atas meja tertata tujuh piring kecil berisi makanan.
Karena lapar, Puteri Salju lalu mengambil sedikit makanan dari tiap piring dan memakannya. Sesudah makan ia lalu tidur di atas salah satu dari tujuh ranjang kecil yang ada di rumah itu.
Ketika malam menjelang, para penghuni rumah mungil tersebut pulang. Merekah adalah tujuh liliput yang bekerja sebagai pencari emas di gunung-gunung.
Para lilipu itu menyalakan tujuh lilin kecil dan segera menyadari bahwa mereka sudah kedatangan tamu tak diundang.
Salah seorang liliput melihat Puteri Salju yang sedang tertidur di ranjangnya. Liliput itu segera memanggil teman-temannya. Para liliput terkejut tak alang kepalang. Namun ketika mereka memandang wajah Puteri Salju yang cantik mereka merasa sangat senang. Para liliput membiarkan Puteri Salju tidur di ranjang mereka.
Keesokan harinya matahari bersinar cerah. Puteri Salju terbangun dari tidurnya. Tapi betapa terkejutnya dia ketika melihat ada tujuh liliput di dekatnya. Namun karena para liliput itu sangat ramah, mereka pun akhirnya bersahabat erat.
Sementara itu di istana Ratu merasa sangat senang karena kini tak ada lagi yang akan menandingi kecantikannya.
"Wahai cermin di dinding, siapakah kini orang yang paling cantik?"
"Wahai Ratu, Puteri Salju lebih cantik. Nun jauh di dekat bukit, ia sedang bermain-main dengan tujuh liliput," jawab cermin.
Betapa marahnya sang Ratu menyadari bahwa sang pemburu sudah membohonginya. Ia lalu menyamar dan pergi menuju tempat dimana Puteri Salju dan para liliput berada.
Tanpa prasangka buruk, Puteri Salju menemui Ratu yang menyamar sebagai pedagang. Ketika Puteri Salju berdiri di hadapannya, Ratu cepat-cepat mengikat leher Puteri Salju dengan tali hingga tidak bisa bernapas. Puteri Salju pun teratuh ke tanah.
Betapa terkejutnya para liliput mendapati Puteri Salju terbaring di tanah. Setelah ditolong, Puteri Salju baru bisa bernapas kembali.
Ketika mengetahui usahanya gagal, Ratu sangat marah dan kembali ke hutan dengan membawa sisir beracun.
Kali ini Puteri Salju masih bisa diperdaya. Saat sisir itu menyentuh rambutnya, Puteri Salju pingsan.
Tak lama kemudian para liliput pulang dari bekerja. Mereka menemukan Puteri Salju terbaring di tanah. Mereka lalu melihat sisir beracun itu dan membuangnya.
Sementara di istana Ratu kembali marah besar begitu cermin ajaib memberitahunya bahwa Puteri Salju belum mati. Setelah membuat sebuah apel beracun, Ratu lalu berangkat kembali menemui Puteri Salju.
Ratu yang menyamar lalu membujuk Puteri Salju untuk memakan apel pemberiannya. Ratu mencoba meyakinkan Puteri Salju dengan membelah apel menjadi dua bagian. Satu bagian diberikan kepada Puteri Salju sedangkan satu bagian lagi dimakannya. Puteri Salju tidak tahu bahwa bagian apel yang dimakan oleh Ratu adalah bagian yang tidak beracun.
Puteri Salju pun terbujuk. Namun malang, setelah memakan apel bagiannya Puteri Salju jatuh ke tanah dan mati. Sambil tertawa-tawa Ratu kembali ke istana.
Para liliput yang mendapati Puteri Salju sudah meninggal tidak dapat menahan kesedihannya. Mereka lalu memasukkan tubuh PUteri Salju ke dalam peti mati dari kaca dan meletakkannya di atas gunung. Bergantian mereka menjaganya setiap hari.
Tahun demi tahun berlalu. Suatu hari, seorang putera raja memasuki hutan. Karena kemalaman pangeran itu bermaksud menginap di rumah para liliput. Tapi disana ia melihat ada sebuah peti mati di atas gunung. Setelah melihat Puteri Salju, Pangeran lalu meminta ijin kepada para liliput untuk membawa peti mati itu pulang.
Ketujuh liliput kemudian memberikan peti mati itu kepadanya. Putera mahkota lalu membawa peti mati itu menuju istana.
Di tengah perjalanan, para pelayan yang membawa peti mati Puteri Salju tersandung sesuatu. Peti mati terguncang-guncang. Para pelayan hampir jatuh.
Guncangan peti mati ternyata menyebabkan potongan racun yang berada di tenggorokan Puteri Salju keluar. Puteri Salju membuka matanya dan membuka pintu peti jenazah. Puteri Salju hidup kembali!
Melihat hal ini Pangeran sangat gembira. Ia lalu menceritakan apa yang sudah terjadi kepada Puteri Salju. Pangeran memohon kepada Puteri Salju agar mau menjadi permaisurinya.
Pesta pernikahan pun digelar di istana. Ibu tiri Puteri Salju yang kejam itu turut diundang.
Dengan mengenakan pakaian terbaik, Ratu bersiap-siap menghadiri undangan pernikahan tersebut.
"Wahai Cermin Ajaib, siapa yang paling cantik?" ia bertanya.
" Oh, Ratuku. Yang Mulia memang cantik, tapi puteri yang akan menikah ini jauh lebih cantik," jawab Cermin Ajaib.
Ratu jadi penasaran. Saat memasuki tempat pernikahan, betapa terkejutnya Ratu melihat Puteri Salju sedang bersanding dengan Pangeran. Ratu sangat ketakutan.
Kemudian sepasang sepatu besi yang sangat panas dibawa memasuki ruangan. Ratu dipaksa menari dengan memakai sepatu tersebut. Begitulah, akhirnya Ratu yang kejam itu pun mati karena kekejamannya. (*)
Atiek Kusmiadi
Pangkalpinang, 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar