Diterjemahkan oleh Atiek Kusmiadi dari judul asli Shingebis and the North Wind oleh Sybil Hancock
Shingebis ingin tetap tinggal di utara selama musim dingin, tapi seluruh anggota sukunya takut menghadapi resiko yang akan diterima. Jika tak ada seorangpun yang mau tetap tinggal bersamanya, Shingebis akan menghadapi Si Angin Utara sendiri.
Musim gugur hampir berakhir. Menghadapi musim semi, seluruh anggota suku Chippewa bersiap-siap untuk pergi ke daerah utara. Seluruhnya kecuali satu orang.
"Aku tidak akan pergi!" kata seorang anak muda bernama Shingebis.
"Tapi engkau harus pergi bersama kami," kata orang-orang Indian lainnya. "Tak lama lagi Si Angin Utara akan membekukan daratan ini. Kita tidak akan bisa memancing lagi. Dan kau akan membeku!"
Shingebis menggelengkan kepalanya. Berarti tahun ini ia tidak akan mengungsi ke daerah utara yang hangat.
Anggot suku Indian lainnya saling bergumam. Mereka setuju bahwa Shingebis adalah seorang yang pemberani. Tapi menghadapi Si Angin Utara merupakan hal yang sangat mengerikan.
"Engkau akan menyesal," kata mereka. "Semua akalmu tidak akan bisa membantumu menghadapi Si Angin Utara."
"Aku tidak akan pergi," jawab Shingebis dengan suara yang mantap.
"Si Angin Utara sangat kuat," kata orang-orang Indian. "Ia menggunakan kekuatannya untuk meniup pohon-pohon besar yang ia jumpai sehingga tumbang."
Shingebis berkata, "Aku tidak takut. Pada siang hari pakaianku yang terbuat dari kulit akan membuatku tetap hangat. Di malam hari aku akan membuat api unggun di dalam tendaku. Si Angin Utara tidak akan berani masuk!"
Ketika semua orang lainnya bersiap-siap pergi dan memenuhi perahu-perahu mereka dengan bekal ikan, Shingebis tertawa dan berkata pada dirinya sendiri, "Akan kutunjukkan pada mereka bahwa sebetulnya mereka tidak perlu pergi."
Ketika perahu-perahu itu telah menghilang dari pandangan, Shingebis mulai bekerja. Ia mengikat erat-erat tendanya ke tanah dan mengeringkan kayu-kayu di depan api yang sudah ia nyalakan.
Di malam hari Shingebis bernyanyi di depan api unggun. Ia mencoba mnegusir rasa sepinya. Setiap pagi ia pergi ke sebuah lubang yang ia buat dengan melubangi sebuah danau yang membeku. Ia berhasil menangkap ikan sngat banyak.
Hari-hari yang dingin tiba. Shingebis merasa sangat gusar. Ia menggiring hewan-hewan kecil ke rumah-rumah musim dingin mereka. Shingebis menari-nari di antara kepingan salju. Pohon-pohon merintih kedinginan.
"Woo-oo-oo!" Si Angin Utara meraung ketika melihat Shingebis. "Siapa ini yang masih berani tinggal di sini saat yang lainnya sudah pergi mengungsi? Siapa ini yang berani menantang kekuatanku? Siapa ini yang mengira aku hanyalah angin sepoi-sepoi?"
Si Angin Utara yang dahsyat menjadi gusar dan meniupkan angin yang dingin bagaikan es. Angin yang ditiupkan oleh Si Angin Utara ini membuat butiran salju beterbangan sehingga tak satu makhluk pun berani bepergian, kecuali Shingebis. Anak muda pemberani ini keluar dari tendanya untuk pergi memancing.
Si Angin Utara berkata, "Aku akan membekukan lubang tempatnya memancing sehngga Shingebis tidak bisa makan!"
Si Angin Utara pun meraung dan meniupkan angin dingin dingin sehingga danau tempat Shingebis mencari ikan menjadi beku.
Shingebis tidak menyerah. Ia pindah ke danau lain, menggali lubang dan menangkap ikan lebih banyak lagi.
"Shingebis haru mengetahui kekuatanku!" teriak Si Angin Utara.
Namun setiap hari Shingebis masih tetap meninggalkan tendanya untuk mencari ikan. Dan setiap hari pula Si Angin Utara tidak mampu menghentikannya.
"Woo-oo-oo!" Si Angin Utara meraung marah. "Aku akan meniup pintu itu hingga roboh. Shingebis akan membeku!"
Si Angin Utara meraung-raung di depan tenda kecil milik Shingebis. Namun Shngebis menambahkah lebih banyak kayu ke dalam api unggun sehingga bertambah besar. Angin dingin yang ditiupkan oleh Si Angin Utara ridak mampu membuat dirinya membeku.
"Kau tidak bisa mengalahkanku!" Shingebis berteriak.
"Aku akan terus mengganggu sampai engkau membeku!" kata Si Angin Utara sembari menyusup masuk ke dalam tenda Shingebis.
Shingebis menggigil kedinginan tapi ia tidak berkata apa-apa ketika Si Angin Utara yang kejam duduk di sebelahnya.
"Aku akan membuatmu membeku!" teriaknya. Si Angin Utara lalu meniupkan nafasnya yang dingin seperti es.
Shingebis tidak mempedulikan Si Angin Utara. Ia sibuk menjaga agar api unggunnya tidak padam. Lidah api unggun Shingebis menggapai-gapai ke udara, bayangannya menari-nari di dinding tenda.
Tiba-tiba rambut es milik Si Angin Utara mulai mencair, disusul oleh wajah dan kemudian pakaiannya yang dingin seperti es itu pun ikut mencair. Si Angin Utara mencair!
Si Angin Utara yang ketakutan meraung-raung dan berlari ke luar.
"Betapa anehnya Shingebis ini!" gumam Si Angin Utara. "Aku tidak bisa membuatnya kelaparan atau membeku. Aku bahkan tidak bisa membuatnya ketakutan! Lebih baik aku pergi!" Si Angin Utara tidak mau mengganggu Shingebis lagi.
Hari yang cerah pun akhirnya tiba. Shingebis melihat saju mulai mencair dan tunas-tunas hijau mulai tumbuh di pohon-pohon.
Anggota suku Indian yang dulu mengungsipun kini sudah kembali. Mereka sangat terkejut dan merasa bangga karena ia telah berhasil menghentikan Si Angin Utara dan mendatangkan musim semi.(*)
Atiek Kusmiadi
Pangkalpinang, 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar