Diterjemahkan oleh Kak Atiek dari judul asli Who Is Greater? karangan Varsha Das. Ilustrasi oleh Ashok Raj
Budhisatva terlahir sebagai seorang pangeran. Nama aslinya Brahmadattakumar. Sejak kecil ia biasa disapa Kumar.
Kumar dibesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang. Guru-guru terbaik didatangkan ke istana untuk memberikan berbagai pengetahuan kepada Kumar. Bahkan ketika dewasa, Raja mengirimkan Kumar kuliah di sebuah universitas.
Setelah menyelesaikan kuliahnya Kumar kembali ke kampung halamannya. Saat itu Raja sudah sangat tua dan lemah. Raja kemudian menyerahkan tampuk pemerintahan kepada Kumar.
Rakyat sangat gembira mendengarnya karena mereka tahu bahwa Kumar adalah orang yang jujur dan adil. Lambat laun, di kerajaan itu tidak ada lagi kejahatan. Orang-orang hidup dengan damai. Bahkan para hakim dan pengacara tidak lagi dibutuhkan. Kumar sangat senang melihat rakyatnya hidup tenteram dan damai.
Suatu hari Kumar sedang duduk sendirian di taman istana. Tampaknya ia sedang memikirkan sesuatu. Kumar sedang merenung dan mencari-cari kekurangan yang ada di dirinya. Namun sekian lama Kumar merenung ia tetap tidak dapat menemukannya. Ia kemudian berdiri dan masuk ke dalam istana.
"Apa kekurangan yang ada di diri saya? Katakanlah," kata Kumar pada setiap orang yang ditemuinya. Namun tidak ada orang yang dapat memberikan jawaban yang memuaskan.
"Tidak ada, Yang Mulia. Anda sungguh sangat hebat!" Selalu begitu jawaban yang diperoleh Kumar.
Kumar berpikir bahwa mungkin orang-orang ini tidak mengatakan yang sebenarnya.
"Mereka takut kepadaku. Sebaiknya aku keluar istana dan berjalan-jalan. Aku akan menanyakan pendapat mereka," batik Kumar.
Kemudian Kumar pun menanggalkan pakaian kebesarannya dan menggantinya dengan pakaian rakyat jelata. Tak ada yang bisa mengenalinya.
"Bisakah Anda mengatakan apa kekurangan Raja kita?" tanya Kumar pada setiap orang yang ditemuinya di jalan.
Namun semua orang memberikan jawaban yang sama, "Tidak ada. Raja kita adalah raja yang hebat. Ia mencintai rakyatnya."
Kumar merasa tidak nyaman mendengar puji-pujian yang ditujukan kepada dirinya. Ia bertanya lebih jauh lagi.
"Pasti ada hal yang kurang baik pada diri Raja. Tidak ada orang yang sempurna, bukan. Nah, menurut Anda apa kekurangan Raja kita?"
Seorang pria mengangkat tangannya dan bersiap-siap memukul Kumar. Ia berteriak, "Berani-beraninya kamu bicara seperti itu tentang raja kami! Pergi jauh-jauh atau aku akan menghancurkan kepalamu!"
Kumar kembali ke istana dengan berat hati. Pertanyaan itu terus menghantui dirinya. Bahkan sampai terbawa tidur.
Keesokan harinya Kumar memanggil para pembantunya den mengumumkan, "Aku tidak akan bisa melaksanakan tugasku sebagai seorang raja sampai aku mengetahui apa kekurangan yang ada dalam diriku. Aku akan menyepi untuk sementara. Urusan kerajaan kuserahkan kepada kalian semua. Jagalah rakyat selagi aku pergi."
Para perdana menteri mencoba menghalangi Raja, tapi tidak berhasil. Kumar lalu menanggalkan pakaian kebesarannya. Sebagai gantinya ia mengenakan pakaian rakyat jelata. Setelah itu ia pergi ke jalan dan dengan menggunakan sebuah kereta bersama seorang pembantunya yang setia Kumar tak bosan-bosannya bertanya setiap orang yang dijumpainya. Namun selalu saja ia mendapatkan jawaban yang sama. Kumar kemudian melewati batas kerajaannya dan memasuki wilayah kerajaan lain.
Di sini hal yang aneh terjadi. Penguasa kerajaan yang bernama Kosala tersebut ternyata sangat mirip dengan Kumar. Ia juga adalah seorang yang jujur dan adil. Suatu hari ia memutuskan untuk mencari tahu pendapat rakyat tentang dirinya. Namun, sama seperti Kumar, yang ia dengar hanyalah pujian dan pujian semata. Kemudian ia pergi meninggalkan kerajaannya.
Tanpa disengaja kedua raja ini melewati jalan yang sama. Di satu titik kereta mereka bertemu. Karena jalan itu sempit maka tidak dapat dilewati oleh dua kereta secara berdampingan sekaligus.
Sekarang masalahnya, siapa yang akan mengalah dan mundur untuk memberi jalan kepada yang lain?
Kedua pengendara kereta turun dan mencari tahu siapa diantara kedua raja tersebut yang lebih hebat dan pantas mendapatkan jalan terlebih dahulu.
Kedua raja itu berusia sama. Ketika mereka memeriksa luas kerajaan pun, keduanya memiliki luas yang sama juga! Kemudian mereka mencek kekuatan angkatan bersenjata mereka. Tak disangka, keduanya pun sama kuat! Pendeknya dalam semua hal mereka sama. Lalu bagaimana caranya mencari siapa yang lebih hebat?
Kusir kereta Raja Kosala berkata, "Mari kita cari tahu siapa yang lebih hebat. Saya akan mengatakan tentang raja kami. Ia bisa bersikap keras kepada orang yang keras dan bisa bersikap lembut kepada orang yang lembut. Ia mampu menaklukkan orang yang baik dengan cara yang baik dan mampu menaklukkan orang jahat dengan cara yang jahat pula. Aku pikir, rajaku lebih hebar dari rajamu. Jadi, biarkan kami lewat dulu."
Kusir kereta Kumar berkata, "Sekarang giliranku bercerita tentang rajaku. Ia mampu menaklukkan orang yang marah dengan ketenangannya dan mampu menaklukkan orang jahat dengan kebaikannya. Ia memperlakukan para pecundang dengan kedermawanan dan memperlakukan para pembohong dengan kejujuran. Aku pikir, rajaku lebih hebat. Jadi tolong, berikan jalan untuk kami lewat."
Ketika Raja Kosala mendengar hal ini cepat-cepat ia turun dari keretanya. Ia menemui Raja Kumar dan memberikan salam hormatnya. Sesungguhnyalah, orang yang bisa menaklukkan kejahatan dengan kebaikan adalah orang yang lebih hebat. Akhirnya, Raja Kumar dipersilakan melewati jalan itu terlebih dahulu. (*)
Atiek Kusmiadi
Pangkalpinang, 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar